.

Bingung memilih sekolah?

Bagi saya, sekolah atau tidak adalah sebuah pilihan, yang sudah tentu dengan disertai berbagai pertimbangan, tergantung keluarga masing2. Karena hanya keluarga itu sendiri yang tahu apa yang dibutuhkan dalam keluarganya. Setiap keluarga bebas menentukan pilihannya.
Mungkin bagi yang memilih HS, mereka tidak akan dibingungkan dengan selebaran2 promosi dari berbagai sekolah. Cukup menyusun sendiri aktifitas dan metode dalam pelaksanaan HS yang disesuaikan dengan model dan ciri khas keluarga masing2.
Nah, bagaimana dengan yang tidak sanggup HS?
Sekarang mulai bertebaran pembukaan pendaftaran sekolah2, mulai dari TK, SD dan tingkat2 berikutnya.
Dan, tidak sedikit orang tua yang bingung memilihkan mana sekolah yang pas untuk putra putrinya.
Bingung dengan kurikulumnya,
Siapa gurunya,
Biayanya,
Teman2 sekolah anaknya nanti,
Dll
Jika keluarga kita memutuskan untuk memilih menyekolahkan anak2 kita, setidaknya pilihlah yang sevisi dengan tujuan keluarga kita. Harapannya, kita bisa terbantu untuk mengarahkan anak2 kita mencapai visi tersebut. Karena ada pihak guru yang bisa kita ajak untuk bekerjasama membimbing dan mendampingi anak2 kita.
Bekerjasama, bukan melepaskan tanggung jawab pendidikan anak hanya kepada guru saja lalu kita berpangku tangan pasrah.
Ada lagi yang harus kita perhatikan ketika kita memilih sekolah buat anak2 kita. Perhatikan, bagaimana adab dan akhlak gurunya. Kebaikan adab dan akhlak seorang guru merupakan cerminan keimanannya. Meski kita tidak dapat mengukur keimanan seseorang, namun akhlak seorang muslim sebanding dengan imannya.
Akhlak dan ketaqwaan sang guru akan menjadi teladan langsung bagi anak2 kita. Mereka akan mendidiknya dengan keteladanan, bukan sekedar teori. Anak2 akan meniru apa yang dilakukan gurunya, terutama guru yang mengamalkan ilmunya.
Para ulama dulu, mereka mendahulukan mengambil hikmah dari adab dan akhlak gurunya. Ibnul Qoyyim, seorang ulama besar di zamannya, yang karya2nya bisa kita rasakan juga sekarang ini pernah berkata tentang gurunya syaikh Al-Anmaathi rahimahullahu,
كنت أقرأ عليه وهو يبكي، فاستفدت ببكائه أكثر من استفادتي بروايته،
وانتفعت به ما لم أنتفع بغيره

“saya biasa membacakan kitab kepada beliau dan beliau dalam keadaan menangis [karena takut Allah], maka saya mengambil faidah dari tangisannya lebih banyak daripada mengambil faidah dari riwayatnya dan saya mendapatkan manfaat dengannya yang saya tidak dapatkan dari selainnya. “[Siyaru A’lamin Nubala’ 39/128, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah]
Penuturan di atas bisa disimpulkan, betapa kebaikan akhlak dari sang guru sangat menghunjam kuat ke dalam jiwa Ibnul Qoyyim.
Berkata pula Adz-Dzahabi rahimahullahu,
كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف – أو يزيدون نحو خمس مائة –
يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت
“Yang menghadiri majelis Imam Ahmad ada sekitar 5000 orang atau lebih. 500 orang menulis [pelajaran] sedangkan sisanya hanya mengambil contoh keluhuran adab dan kepribadiannya.” [Siyaru A’lamin Nubala’ 21/373, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah]
MaasyaaAllah, murid2 para ulama zaman dulu tidak sekedar belajar ilmu, tapi mereka belajar dan mengambil faidah adab dan akhlak dari gurunya. Inilah salah satu tanda ilmu yang akan membawa manfaat, ilmu yang akan membawa kebaikan bagi pemiliknya,...insyaAllah
Dan ada sepenggal kisah dari Imam Malik, ibunda beliau sangat memahami pendidikan putranya. Ibunda Imam Malik juga sangat memperhatikan keadaan putranya ketika hendak pergi belajar. Imam Malik rahimahullahu mengisahkan,
قال مالك: قلت لأمي: ” أذهب، فأكتب العلم؟ “، فقالت: ” تعال، فالبس ثياب العلم “، فألبستني مسمرة، ووضعت الطويلة على رأسي، وعممتني فوقها، ثم قالت: ” اذهب، فاكتب الآن “، وكانت تقول: ” اذهب إلى ربيعة، فتعلًّمْ من أدبه قبل علمه
“Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’
Ibuku berkata,‘Kemarilah!, Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah (suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada Rabi’ah (guru Imam Malik)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’.” (‘Audatul Hijaab 2/207, Muhammad Ahmad Al-Muqaddam, Dar Ibul Jauzi, Koiro, cet. Ke-1, 1426 H, Asy-Syamilah)
Hal pertama yang dipesankan oleh ibunda Imam Malik perihal gurunya adalah, PELAJARILAH ADABNYA SEBELUM ENGKAU PELAJARI ILMUNYA! Karena banyak dari kita yang mungkin ketika belajar, kita hanya fokus pada ilmu yang disampaikan, tapi tidak pada bagaimana akhak dan kepribadian gurunya.
MaasyaaAllah, sebuah kisah yang menginspirasi dan memotivasi, terutama bagi para ibu yang menginginkan kebaikan pendidikan buat anak2nya.
Selanjutnya,
Mari kita perbaiki niat kita menyekolahkan anak2 kita! Yang semula hanya berniat menitipkan anak, segera dirubah!... bisikkanlah kepada anak2 kita, bahwa kita ingin mereka mengambil ilmu, adab dan akhlak dari para guru mereka. Kita ingin anak2 bisa mengamalkan kebaikan2 yang didapatnya dari guru mereka! Dan juga, Kita menginginkan mereka menularkan dan menebarkan kebaikan2 itu kepada sesamanya, di rumahnya, di masjid, di tempat2 mereka bermain, di tetangganya dan dimanapun mereka berada.
Semoga anak2 kita, anak2 yang tumbuh menjadi generasi Robbani yang berakhlaqul karimah, generasi yang beramal dengan ilmunya, generasi yang tangguh serta siap menghadapi zamannya, generasi yang siap menyerukan al haq, generasi pemberani yang beramar ma'ruf nahi munkar, generasi yang selalu menjaga kewajiban2nya sebagai hamba Allah ...aamiin
Lisa Ummu Ansharullah

Koleksi Produk Lainnya :

Posting Komentar

 
Copyright © 2014. BukaBaju Template - Design: Gusti Adnyana